Berjibaku dalam dunia rumah tangga, relasi suami istri, menjadi orang tua emang gak mudah. Banyak banget tantangan yang harus di hadapi. Rasanya setiap minggu bahkan setiap hari ada saja masalah baru yang datang. Yang kadang kalo terus ditumpuk ternyata lama-lama bisa menimbulkan pola pikir destruktif di otak kita. Misal kita berkali-kali mencoba resep MPASI tapi berkali kali pula di tolak dan dilepet kembali oleh anak. Kalau kita punya pikiran destruktif, kita bisa aja berfikir “ aduh ni kayaknya aku ga bakat masak nihh.. makanannya ditolak terus “. Atau bisa juga kita langsung ngejudge, “ wah ni anak pilih pilih makan nih kayak bapaknya, ya udahlah seadanya aja”. Dan akhirnya kita pun meyerah dan memberikan makan sesuai ‘selera’ anak bukan kebutuhannya Nah pola pikir mirip sepert ini, yang cenderung menyerah dengan kondisi, menjudge diri/kondisi terlalu dini, dan merasa bahwa keadaan ataupun segala sesuatu itu sudah baku alias ga bisa diubah ini bahaya banget karena membuat kit
Kita seringkali membaca dzikir ini waktu di sekolah dulu ataupun saat dzikir pagi-sore. ضيت بِاللَّه ربّاً وبالإِسلام دينا وَبِمُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم نَبيا Rodhitu Billahi Rabba wa bil Islami dina wa bimuhammadin Shallallahu ‘Alaihi Wa sallama Nabiyya Artinya: “Aku rela Allah menjadi Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi Muhammad Nabiku” Tapi kita seringkali tidak memaknai ini dengan dalam dan tulus. Padahal keutamaan dzikir ini masya Allah luar biasa. “Seseorang hamba Allah yang Muslim mengistiqamahkan bacaan zikir setiap pagi dan sore sebanyak tiga kali yang berupa rodhitu billahi robba wa bil islami dina wa bi muhammadin nabiyya (aku rela Allah menjadi tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi Muhammad nabiku) itu pasti akan mendapat keridhaan Allah sampai hari kiamat nanti.” (HR: Al-Nasa’i) Sewaktu membaca fadhiilah ttg doa ini aku tuh heran.. kok bisa ya cuman baca ini tapi sama Allah dijanjikan surga. Tapi setelah memaknainya, rupanya memang kalimat ini tuh sang